Kamis, 01 Desember 2011

Cerita Belasan Tahun Lalu

Rindu aku pada suasana masa kecilku..

Saat itu bocah2 kecil yang lugu selalu berlari untuk menuju surau tiap sore menjelang.
Tertawa lepas..
Berusaha untuk menjadi orang yang pertama menjejakkan kaki disana...

Tiap masuk waktu sholat, surau2 seolah berlomba-lomba untuk memperdengarkan puji-pujian merdu dari bibir mungil para generasi muda itu...

TPA (Taman Pendidikan Al-Qur‘an) telah menjadi rumah yang nyaman untuk mengeja setiap hijaiyah dari wajah-wajah yang haus akan ilmu.
Tersenyum lebar...
Setiap kali dinyatakan lulus untuk melanjutkan ke tingkat Iqra‘ yang lebih tinggi.
Memasang raut suka cita...
Saat dinyatakan layak untuk melanjutkan ke Al-Qur‘an.

Praktik sholat menjadi begitu hidup oleh suara2 nyaring yang berkolaborasi dengan otak agar dapat menghafal bacaan sholat beserta gerakannya.

Selingan darling (tadarus keliling) menambah semangat untuk mengaji tartil dan tilawah dengan lebih baik. Demikian pula dengan semangat ukhuwah islamiyah...

Beberapa kali kegiatan mabit (menginap) di TPA diselenggarakan dengan suasana penuh warna. Gelak tawa, celoteh riang, sedu sedan, bahkan teriakan kesal di sela-sela kegiatan Islami turut menyemarakkan malam yang penuh hangat kekeluargaan itu..

Peringatan hari besar Islam menjadi waktu yang tepat untuk berkeliling kota. Pawai membawa bunga, telur, dan obor.
Menebar senyum ke semua orang yang berjajar di tepi jalan...

Dini hari di bulan Ramadhan, riuh rendah oleh tabuhan kenthongan dan seruan untuk beranjak bangun.
Melupakan rasa kantuk yang bergelayut di mata yang membulat itu..


Belasan tahun berlalu...


Bocah2 lugu itu seolah menghilang begitu saja.

Menjelma menjadi sosok lain yang sulit untuk dikenali.

Langkah kaki ke surau berubah haluan menuju tempat yang penuh bisikan maksiat.

Bibir yang dulu sering memuji kebesaran Sang Pencipta, kini lebih suka mengeluarkan makian dan umpatan.

Tartil dan tilawah itu lenyap berganti menjadi senandung lagu.

Kegiatan mabit bermetamorfosis menjadi acara menginap di rumah seorang kawan, tanpa memperhitungkan manfaat dan mudharatnya lagi.

Peringatan hari besar Islam tak seceria dulu. Takbir sering disamakan dengan dentuman musik yang memekakkan telinga.

MalamRamadhan yang disibukkan dengan persiapan membangunkan warga, beralih untuk menyibukkan diri dengan bercengkrama sambil memutar musik tanpa peduli buaian mimpi orang di sekitar...


Rindu aku pada suasana masa kecilku...
Saat kawan2ku berteriak lantang..

KAMI BANGGA PADA ISLAM!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar